CICURUG – Alfian (14) seorang santri di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Desa Benda Kecamatan Cicurug, Kamis (13/06) lalu ditemukan tewas dalam kobong (kamar santri untuk menginap). Alfian kali pertama ditemukan, sekitar pukul 11.30 WIB, dalam kondisi setengah jongkok dengan badan bersandar di dinding kamar. Kedua lutut rapat ke lantai sementara badan ditumpu kedua kaki.
Di leher terikat tali berupa sobekan kain, sementara ujung kain di jendela namun tidak terikat. Awalnya, korban diduga bunuh diri karena ditemukan dalam keadaan lidah menjulur keluar, namun pihak keluarga menilai ada kejanggalan atas kematian Alfian sehingga mengajukan agar jenazah anaknya diotopsi.
Pihak ponpes sendiri tidak melaporkan temuan ini kepada polisi, tapi langsung mengurus jenazah Alfian untuk dimandikan dan dikafani sebelum pihak keluarga Alfian tiba di kompleks ponpes. Akan tetapi, karena melihat laporan serta tanda fisik yang janggal, ayah korban, Ade Heri (50) meminta dilakukan otopsi kepada polisi yang menerima laporan dari warga sekitar ponpes.
Jasad Alfian pun sekitar pukul 15. 30 WIB, dibawa ke RS Keramat Jati Jakarta untuk diotopsi sesuai permintaan keluarga.
Kapolsek Cicurug, Kompol Toto Sutrisna mengatakan penemuan jasad Alfian kali pertama ditemukan sekitar pukul 11.30 WIB oleh rekan santri yang mondok di ponpes. Namun, Toto membenarkan jika pihak ponpes tidak melaporkan kepada polisi, yang ada justru langsung dilakukan persiapan pemakaman jasad.
“Lantaran ada tanda-tanda kejanggalan pada fisik yang diketahui keluarga, maka pihak keluarga meminta dilakukannya otopsi. Setelah itu sekitar pukul 15.30 WIB jasad di bawa ke RS Keramat Jati, Jakarta,” ujarnya.
Mengenai dugaan bunuh diri atau tindak kriminal terhadap korban. Toto belum dapat menyimpulkan ke arah sana. Pasalnya, untuk pembuktian dibutuhkan bukti dan keterangan saksi. “Kepastian tentang kasus ini dapat dibuktikan melalui hasil otopsi dan pemanggilan saksi,”paparnya.
Dalam masalah ini, Toto menyayangkan pihak ponpes tidak langsung melaporkan kasus ini kepada polisi. “Semestinya saat itu, menit itu juga, pihak ponpes melaporkan dan tidak melakukan tindakan lain yang membuat sulit penyelidikan,” ujarnya.
Toto menambahkan, polisi sudah memeriksa beberapa orang saksi. “Tapi kami belum menemukan keterangan yang mengarah pada tindak kriminal,” ujarnya.
Terpisah, salah seorang saksi, Ikbal (14) mengatakan saat itu dirinya hendak memanggil korban karena ada belajar tambahan di ponpes. Namun panggilannya tidak kunjung ada jawaban.
Akhirnya, Ikbal memutuskan masuk ke kobong, namun apa yang dilihatnya cukup mengagetkan. Di mana temannya tersebut ditemukan dalam keadaan menggantung bersimpuh, sedangkan leher terikat sehelai tali kain.
“Keadaanya menggantung, tanganya itu seperti menahan tali yang menjerat talinya,” ujar Ikbal.
Sementara itu, setelah semalaman menjalani otopsi, jasad Alfian tiba di rumah duka Kampung Ciutara RT 17/07 Desa Pondokasolandeuh Kecamatan Parungkuda, kemarin. Pihak keluarga dan teman tidak menduga, Alfian yang dipandang sebagai anak baik dan tidak ada masalah berakhir dengan tragis. “Saya meminta kematian anak saya ini diusut, ” ungkap ayah korban, Heri.