16.44
0

SUKABUMI – Kawasan Sukabumi Selatan, bukan hanya menyajikan keindahan wisata pantai dan lautnya. Kawasan Sukabumi Selatan memiliki pusaka alam lain yang sangat penting, yakni kawasan geologi Ciletuh yang merupakan sebuah kawasan yang menyingkap bukti palung laut dalam akibat penunjaman lempeng samudra pada akhir zaman kapur 50-65 juta tahun lalu.

Batuannya sangat bervariasi dan tergolong bebatuan yang jarang dijumpai. Morfologi yang terbentuk dari struktur geologi dan batu menciptakan pemandangan menarik dan mengundang jiwa-jiwa petualangan. Batuan tertua di Jawa Barat yang terletak di Teluk Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat itu menampilkan keunikan tersendiri. Bayangkan, kompleks batuannya terdiri dari asam hingga ultrabasa, sedimen sampai metamorfik, saling berdampingan menampilkan mozaik alam yang penuh pesona.

Keelokan Teluk Ciletuh yang menghadap Samudra Hindia (berjarak sekitar 225 km dari Bandung) ini menampilkan mozaik alam yang begitu memikat. Deburan ombak di pantai selatan itu membahana di bibir pantai berair laut jernih membiru. Gulungan ombak itu membentur batuan-batuan yang tersusun secara alami. Itulah kumpulan batuan melange atau bancuh.
Onggokan jenis batuan tersebut bukan sembarang karang. Batuan tersebut selama 50 juta sampai 65 juta tahun silam (zaman kapur) tadinya berasal dari dasar samudra. Akibat proses tektonik, ia terangkat ke atas permukaan seperti terlihat sekarang ini.

Jadi, permukaan batuan tersebut merupakan hasil penunjaman lempeng samudra di bawah lempeng benua. Komposisi batuan itu sangat unik, dari asam hingga ultrabasa. Bukan itu saja. Batuan tersebut ada yang berupa sedimen, tetapi banyak pula yang metamorfik.
Kawasan Ciletuh ini memiliki tiga blok atau segmen yang menampilkan kekhasan dan keunikannya masing-masing. Ketiga blok tersebut adalah Blok Gunung Badak Teluk Ciletuh, Blok Citisuk – Cikepuh, dan Blok Citireum – Pangumbahan hingga Ujung Genteng.

“Ketiga blok ini memiliki potensi tinggi sebagai objek geowisata yang menakjubkan,” kata MF Rosana, geolog dan pengajar di Fakultas Teknik Geologi dari Universitas Padjajaran Bandung yang belum lama ini menjelajahi kawasan tersebut.

Gunung Badak
Untuk mencapai blok pertama (Gunung Badak), Anda dapat melalui jalur Sukabumi-Pelabuhan Ratu-Ciemas-Cikadal (Teluk Ciletuh). Berhati-hatilah berkendara di jalur Pelabuhan Ratu dan Ciemas karena jalannya mendaki bukit dan penuh lika-liku.
Tak perlu ngebut, santai saja sambil menikmati hamparan kebun teh yang menghijau. Semilir udara sejuk berhembus terasa menyegarkan seluruh jiwa raga.

Di situ juga tampak kegiatan penambangan emas secara tradisional. Sesuai namanya, batuan Ciemas memang menyimpan kadar emas dan tembaga yang cukup berlimpah. Potensi inilah yang membuat para penambang tradisional mengadu nasib di sana.
Keelokan Teluk Ciletuh dapat dinikmati dari perbukitan Jampang, tak jauh dari kebun teh. Untuk mencapai teluk tersebut, silakan lanjutkan perjalanan hingga ke Desa Cikadal. “Dari desa ini kami dapat melihat kerucut Gunung Badak yang berada di kawasan Suaka Alam Cibanteng,” ujar dia.

Masyarakat lokal menamakannya Gunung Aseupan lantaran bentuknya menyerupai aseupan, alat pengukus khas masyarakat Sunda. Suasananya masih asri. Jika beruntung, Anda akan menjumpai sekelompok banteng, satwa langka yang kini dilindungi.

Untuk menikmati Blok Gunung Badak, silakan jelajahi melalui laut dengan menggunakan perahu motor yang dapat disewa setiap saat. Setidaknya ada tiga pulau kecil yang menawan: Pulau Mandra, Pulau Manuk, dan Pulau Kunti.

Pulau Mandra berukuran panjang 1 km dan lebar 0,5 km ini tergolong unik. Ia tersusun dari bukit-bukit kecil dengan puncak tertinggi sekitar 30 meter di atas permukaan laut. Pulau tak berpenghuni ini ditumbuhi pohon beringin, ilalang, dan rumput.
Menurut geolog Sukamto, seluruh Pulau Mandra diselimuti batu pasir greywacke yang diduga merupakan Formasi Ciletuh bagian bawah. Hadiwisastra menambahkan permukaan tersebut merupakan endapan laut dangkal sampai delta yang dicirikan dengaan adanya lignit yang menjadi fagmen dalam lensa-lensa batu pasir kasar dalam satuan batu pasir greywacke.

Lain lagi dengan kondisi di Pulau Manuk, berjarak tempuh sekitar tiga menit dari Pulau Mandra. Sesuai namanya, pulau berukuran 500×200 meter ini dihuni banyak burung (manuk) camar. Berbagai jenis tumbuhan keras dan ilalang mendominasi pulau yang permukaannya ditutupi batu pasir graywacke. Breksi polemic (breksi aneka bahan seperti basal, batu gamping, sekis, kuarsit, arijang, dan lain-lain) tampak mendominasi permukaan tanah. “Breksi ini diperkirakan merupakan bagian dari Formasi Ciletuh bagian atas,” ungkap Sukamto.

Pulau Kunti yang berjarak tempuh hanya 7 menit dari Pulau Manuk juga layak dijelajahi. Bukan apa-apa, secara morfologis, pulau seluas 200×100 m ini tampak eksotis dan unik.
Bayangkan, di bagian selatan pulau menyatu dengan lereng Gunung Badak. “Di Pulau kunti dijumpai endapat melange atau bancuh,” ungkap Rosana. Berbagai komponen batuan metamorfik dalam bentuk bongkah-bongkah berukuran besar tampak berserakan di sepanjang tepi pantai.

Ciri khas lainnya yang sangat unik adalah adanya singkapan lava bantal. Struktur bantal guling yang bertumpuk-tumpuk menunjukkan arah asal aliran lava. “Di beberapa permukaan lava, kita bisa mengamati adanya pola kekar-kekar yang diisi kalsit dan silica sehingga berbentuk seperti jaring dan rongga-ringga vasikuler sebagai tempat keluarnya gas saat pembekuan lava berlangsung,” ujar Rosana.
Kondisi ini sangat berbeda dengan Gunung Badak. Bukan apa-apa, lerengnya berwarna kehitaman dan relatif terbuka lantaran tidak ada vegetasi yang mampu tumbuh di sana. Sementara itu, puncaknya diselimuti vulkanik dan breksi polimik.
Lain lagi kondisi di sisi barat yang ditutupi batuan berjenis peridotit dan serpentinit. Lerengnya relatif terbuka sehingga batuannya yang berwarna kehijauan menampakkan bentuk aslinya.

Dari puncak gunung inilah Anda akan disuguhi panorama Teluk Ciletuh yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Tampak juga tambak-tambak udang menghampar di daratan tepi pantai.
Masih belum puas? Silakan palingkan muka Anda ke sisi timur. Lihatlah hamparan padang ilalang tertata dengan rapi. Kawasan ini juga kerap digunakan sebagai tempat latihan militer.

Tempat lain yang menjadi favorit para geolog adalah jalur di selatan Teluk Ciletuh hingga muara Cikepuh dan Citireum. Mengapa demikian?
“Panorama pesisir pantainya luar biasa. Kita menemukan berbagai jenis batuan berlapis-lapis hampir tegak berjajar rapi seperti memagari daratan dan pantai. Semakin jauh berlayar menuju Cikepuh, bentukan-bentukan unik singkapan batu pasir dan konglomerar menambah eksotisme kawasan pantai ini,” ungkap Rosana.